Monday, November 28, 2011

Perawat Diharap Punya Kemampuan Manajerial Berstandar Internasional

Para ners (perawat) baru diharapkan mampu mengelola asuhan keperawatan berkualitas, baik di pelayanan kesehatan rumah sakit, masyarakat maupun institusi pendidikan.
"Saya berharap ners memiliki kemampuan manajerial di bidang keperawatan yang handal, berstandar internasional, etis, humanis dan berbudaya, sebab profesi ini merupakan garda terdepan dan sangat dibutuhkan masyarakat," ujar dr Titi Savitri Prihatin MMedEd PhD di auditorium Fakultas Kedokteran UGM saat melantik 26 ners baru.
Menyampaikan sambutan Dekan Fakultas Kedokteran UGM, dia mengungkapkan kebutuhan ners di tingkat global masih sangat tinggi. Di Jepang yang telah menandatangani MoU dengan pemerintah Indonesia masih membutuhkan 1.000 ners. Demikian pula Kanada yang menjanjikan gaji berlipat bagi ners asal Indonesia.
Kebutuhan ners untuk beberapa negara memang belum terpenuhi, termasuk Arab Saudi dan lain-lain. "Ini tentu menjadi tantangan bagi para lulusan ners untuk bekerja di sana," ungkap Wakil Dekan Bidang Akademik FK UGM itu.
Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia Provinsi DIY Drs Kirnantoro MKes menyatakan, pelantikan menjadi ners baru bukanlah akhir namun justru awal, sebab ujian sesungguhnya adalah ketika berhadapan dengan masyarakat. Menjadi ners memang sangat berat, dituntut terampil, memiliki pengetahuan, etika dan moral dalam memberi pelayanan bagi masyarakat.
Ditambahkan, perkembangan pendidikan bidang keperawatan dalam lima tahun terakhir mengalami perkembangan pesat. Tercatat 700 institusi pendidikan keperawatan untuk Diploma, S1 dan S2 telah berdiri, dan 22 di antaranya berada di Yogyakarta.
"Setiap tahun kurang lebih menghasilkan 1.000 sampai 2.000 lulusan. Ini tentu menjadikan persaingan sangat ketat dan menuntut para ners memperbaiki kemampuannya lebih baik lagi," katanya.
Dikatakan sebagai ironis, sebab setiap kali melulusan ners baru jumlah lulusan laki-laki jauh lebih sedikit dibanding lulusan perempuan. Sementara potensi sangat terbuka untuk mereka yang bersedia bekerja di luar negeri. "Saat ini saja dari 26 lulusan, jumlah lulusan laki-laki hanya tiga orang. Sementara banyak orang tua berat hati bila harus melepas anak perempuan bekerja di luar negeri,

0 komentar:

Post a Comment